Tuesday, February 16, 2010

GLOBALISASI = NEO KOLONIALISME

Globalisasi menjadi satu kata yang nyaring terdengar di seluruh dunia pada abad 21 ini. Pro-kontra pun mewarnai perjalanan globalisasi sebagai sebuah fenomena perubahan yang terjadi secara menyeluruh, dirasakan secara kolektif, dan mempengaruhi banyak orang melintasi batas wilayah dan negara, juga mempengaruhi gaya hidup dan lingkungan kita. Dunia berubah. Dan globalisasi adalah dunia yang terhubung (connected world) seolah tanpa batas. Pertukaran ide makin instan, tidak hanya ide dalam artian ideologi, tetapi juga ide pertukaran manusia, ide pertukaran ekonomi, ide pertukaran materi, yang semua menjadi lebih mudah dan cepat.

Globalisasi adalah pasar yang mengglobal atau kapitalisme global. Pasar adalah istilah lain dari kapitalisme dan kapitalisme global adalah perubahan nama dari kapitalisme internasional, karena kapitalisme secara kuantitatif telah membesar secara luar biasa. Kata global mengandung arti lingkupnya yang compact, terintegrasi dan menyatu, menggantikan ekonomi nasional dan regional.

Dalam perkembangan selanjutnya, pasar bebas yang menjadi ideologi baru disuntikkan oleh lembaga-lembaga keuangan multinasional yang berada di bawah kendali World Bank dan IMF kepada negara miskin dan berkembang untuk membangun Negara Selatan. Caranya adalah dengan proses privatisasi sektor-sektor kebijakan publik, termasuk listrik, air dan perumahan. Hasil privatisasi antara lain peningkatan pengangguran, turunnya nilai pendapatan riil dan pajak perusahaan, dan meledaknya jumlah orang miskin.

Inilah yang sering disebut kelompok penentang globalisasi debagai jaman penjajahan baru atau neo kolonialisme, dimana penjajahan bukan bersifat fisik tapi penjajahan teori dan ideologi.

Dalam World System Theory, Wallerstein mengkategorikan dunia sebagai sistem yang mengatur proses pendistribusian sumberdaya dari negara periphery ke negara core. Dalam pemetaannya kemudian, dikembangakan bahwa negara-negara yang berada di kelas core merupakan jenis negara industri yang menganut paham demokratis dan periphery adalah kelompok negara-negara berkembang yang mengekspor bahan baku. Globalisasi ditinjau dari sudut pandang World System Theory sangat jelas dapat tergambarkan secara tidak imbang. Dunia yang berkelas-kelas, dan kelas-kelas yang dijelaskan dalam World System Theory memiliki keterikatan yang sangat kuat.

Konsep lainnya yang dengan tegas menentang globalisasi adalah konsep Gramscism, yang dikemukakan oleh pemikir kiri yang terkenal dengan konsep hegemoni-nya, Antonio Gramsci. Bicara tentang Gramsci, kita akan lebih banyak berbicara tentang hegemoni. Globalisasi adalah suatu sistem yang sangat berkaitan dan mengakar tentang perluasan sesuatu melintasi sekat territorial dengan alat terkuatnya, hegemoni. Hegemoni yang berkuasa penuh atas segala aspek dalam kehidupan manusia dan mengakar secara dalam dan pasti merupakan sesuatu yang tak terelakkan lagi untuk dihindari. Bahkan kampung yang terpencil di pelosok Indonesia pun kini sudah mengenal coca cola. Globalisasi yng disebarkan oleh hegemoni telah merambah pelosok manapun dari dunia.

Yang terakhir Critical Theory. Critical Theory adalah gabungan dari beberapa teori beberapa pemikir yang terkenal tentang apa yang mereka pahami dan mereka analisa dari fenomena sekitar mereka. Secara critical theory, globalisasi adalah suatu system yang kembali tidak berjalan pada tataran idealnya. Sebenarnya, dengan tidak adanya sekat territorial yang kemudian menyebabkan kebebasan dalam segala hal, diharapkan pula terjadinya emansipasi dalam berbagai hal. Adanya partisipasi aktif dari setiap pihak. Tidak seperti yang terjadi saat ini, dimana pihak yang kaya akan semakin kaya dan pihak yang kalah akan semakin bangkrut.

Globalisasi tidak dapat dicegah, apalagi dihentikan, prose situ tengah berlangsung sekarang, kita hanya bisa menjaga diri dengan memfilter setiap hal yang mungkin saja berdampak pada diri kita.

Tetap sederhana.

0 comments: